Ada yang menarik dari panahan, olahraga yang dulunya merupakan salah satu cara / teknik dalam berperang ini, kini banyak digandrungi tidak hanya oleh yang tua tapi juga para pemuda, tentunya dengan sering melakukan aktifitas panahan konsentrasi kita, otot lengan dan ketajaman mata ikut terasah. Selain itu panahan ini juga merupakan salah satu dari tiga sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam setelah berenang dan berkuda. Di dalamnya juga mengandung filosofi yang begitu luar biasa, contohnya saat kita hendak melepasakan panah dari busurnya, kadang yang kita bidik adalah sasaran berwarna kuning tapi yang kena malah yang berwarna merah atau biru.
Ada kesamaan antara sasaran ini dengan niat, niat juga seperti itu kadang niatnya baik di awal, eh tiba tiba melenceng di tengah bahkan di akhir.
Contohnya ketika seseorang hendak melakukan sholat tahajud, bisa saja di awalnya niat kita sudah melenceng, atau niat kita sudah benar di awalnya malah ditengah karna seseorang, misal ada bos di tempat kerja kita yang lihat kita sholat, ehh kita jadi tenggelam dalam rasa bangga sma diri kita sendiri yang mau dilihat.
Trus kalau di awalnya kita sudah berniat benar, Saat melakukan perbuatannya juga niatnya benar. Eh setelahnya kita malah jadi ujub, bangga diri dan merasa bahwa kita ini sudah jadi manusia terbaik di dunia. Atau kadang-kadang kita bilang-bilang setelah melakukan amalan, yah hilanglah sudah pahala kita ya. :(
Jadi kawan-kawan, ternyata niat itu ada tiga tahap. Sebelum, ketika dan sesudah. Menjaganya Ini yg sulit kalau kata sang murrabi itu banyak hal yg ada di hati kita (penyakit hati) yang bisa merusak amal, ia bagai semut hitam di atas batu hitam di pekatnya malam yg gelap gulita tanpa hadirnya sinar rembulan.
(Kuna)
Ada kesamaan antara sasaran ini dengan niat, niat juga seperti itu kadang niatnya baik di awal, eh tiba tiba melenceng di tengah bahkan di akhir.
Contohnya ketika seseorang hendak melakukan sholat tahajud, bisa saja di awalnya niat kita sudah melenceng, atau niat kita sudah benar di awalnya malah ditengah karna seseorang, misal ada bos di tempat kerja kita yang lihat kita sholat, ehh kita jadi tenggelam dalam rasa bangga sma diri kita sendiri yang mau dilihat.
Trus kalau di awalnya kita sudah berniat benar, Saat melakukan perbuatannya juga niatnya benar. Eh setelahnya kita malah jadi ujub, bangga diri dan merasa bahwa kita ini sudah jadi manusia terbaik di dunia. Atau kadang-kadang kita bilang-bilang setelah melakukan amalan, yah hilanglah sudah pahala kita ya. :(
Jadi kawan-kawan, ternyata niat itu ada tiga tahap. Sebelum, ketika dan sesudah. Menjaganya Ini yg sulit kalau kata sang murrabi itu banyak hal yg ada di hati kita (penyakit hati) yang bisa merusak amal, ia bagai semut hitam di atas batu hitam di pekatnya malam yg gelap gulita tanpa hadirnya sinar rembulan.
(Kuna)
Mantap (y)
BalasHapus