0
"Kalau sudah siap bilang saja," ujarnya kepada al-akh yang duduk di sampingnya. Kami yang duduk-duduk melingkar juga ikut menundukan kepala, tertawa sedikit dan malu. Ruangan kedap udara berukuran sedang, tidak terlalu luas dan tidak sempit itu menjadi saksi apa yang kami bincangkan malam hari.

"Kekhawatiran tentang rizki dan masa depan dalam urusan duniawi adalah sebuah kesyirikan yang halus. Tapi, jika kekhawatiran yang kita alami adalah urusan akhirat tentulah tidak mengapa." Sang ustadz berpesan.

"Inilah pentingnya sebuah Komitmen Dengan Syariah"

"Wajib bagi kita berkomitmen dalam jamaah"

Syirik besar yang jelas nyata nampaknya, bisa terendus gerak geriknya. Tapi berbeda dengan syirik yang halus seperti riya, sum'ah dan khawatir tentang rizki dan masa depan, padahal sudah Allah jaminkan. Semua itu bagaikan semut hitam di atas batu hitam  saat gelapnya malam. "Tidak terlihat", "Tidak terasa" begitulah keadaannya.

"Untuk itu musti kita luruskan untuk apa kita diciptakan untuk siapa kita selama ini beribadah. Apakah untuk manusia , pujian atau untuk Allah sang pencipta," ujarnya dengan nada meninggi.

"Jelebeett," suara keraguan kami itu seakan hilang sejalan dengan keheningan malam. Astagfirullah.  Kami tertunduk lagi.

"Zaman sudah sedemikannya berubah, berbeda dengan zaman ana," menjaga kesucian diri lebih baik. Ayo al-akh istikhorohkan ! Ungkapnnya. 

Intinya......
Al-Iltizam bi syariah, sebuah komitmen dalam bersyariah.  Yang pertama adalah al-aqidatu shohihah. Akidah yang benar musti kita perbaiki. Keyakinan akan janji-janji Allah  kepada kita musti diperbaiki. Karena tiada daya dan upaya melainkan dari Allah SWT. Inilah pesan untuk diri dan kita semua. *kun
Wallahu alam.

Posting Komentar Blogger

Silahkan gunakan bahasa yang baik dan santun dalam berkomentar. Komentar yang profokatif, kasar atau mengandung unsur SARA akan kami hapus. Terima Kasih

 
Top